Jumat, 22 Juni 2012

Last



“Kakak, masa lalu itu. Apakah kita diharuskan (untuk) selalu mengingatnya ?” Tanya ku.
Kau hanya diam menatap lurus menerawang gelapnya malam. “Apa tidak boleh jika aku ingin melupakan(nya) ?” Tanya ku lagi.
“Entah(lah) aku memang tidak tahu banyak tentang masa lalu. Yang aku tahu pasti, kita berada di sini karena masa lalu dan untuk masa depan, Anna.” Sahut mu.

Kau tentu tahu bahwa Tuhan itu baik bahkan sangat baik, Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia hanya memberi ujian kecil untukmu, (ujian) mengenai masa lalu. Kau ingat bukan, bahwa karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ?

“Teruslah melangkah Anna, lupakan masa lalumu. Kau tak semestinya terus berkutat dengan masa lalu.” Ucap mu.
Kau memang tak harus melupakan sepenuhnya. Mungkin terkadang keadaan akan memaksamu (untuk) mengingatnya. Ini hanya soal waktu, kelak kau akan berterima kasih pada masa lalu. Nikmatilah hari ini esok dan hari lain(nya) karena kelak, hari-hari itu juga akan menjadi bagian dari masa lalumu.

“Carilah kebahagiaanmu mulai sekarang.” Tambah mu.
 “Kakak, terima kasih ya. Terima kasih untuk kehadiran(mu) di sini, untuk semua kebaikkan(mu), untuk kebahagiaan ini dan untuk segalanya.” Ucap ku seraya menatap dalam kedua bola matamu.
Kau hanya tersenyum ke arah ku, memegang tanganku dan menengadahkannya. “Ayo, berterima kasih pada-Nya.” Balas mu.

Terima kasih ya Tuhan, untuk kebersamaan kami di malam yang indah ini, untuk canda tawa yang pernah kami ukir bersama, untuk harapan yang telah kami rajut bersama dan untuk karunia-karunia indah-MU lainnya. Kami akan terus saling menjaga, membantu, mengasihi dan mendoakan satu sama lain sebagai bukti ke-terimakasih-an kami atas karunia-MU.

Aku menyandarkan kepalaku di bahumu. “Kau berat.” Protes mu.
“Sudah, tahan saja. Aku hanya ingin begini sebentar.” Ucap ku membela diri. Kau lalu tertawa kecil dan memeluk pundak(ku).

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
Percaya(lah) Anna, kelak aku akan di sini menyaksikan senyum itu mengembang di bibirmu dan menjaganya agar tidak pudar.” Janji mu dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar